-->

Tak Ada Nafsu Mulai Malam Ini

Tidak ada komentar

Tak Ada Nafsu Mulai Malam Ini

Gejolak memuncak. Aliran darah mengalir kencang. Hasrat sulit ditahan. Pikiran kacau, tak fokus terhadap sesuatu yang ada di depan mata. Ia berimajinasi sangat liar. Nafsu menggerogoti jiwa. Berusaha menguasai tubuh. Memaksanya agar ejakulasi. Hampir seluruh manusia di bumi dikalahkan oleh nafsu. Tak ada wujud, tapi menggairahkan. Nafsu memang mengerikan.

Kepala menjadi pening, mata berdenyut-denyut, mencoba melawan kebiasaan ejakulasi. Dia terus melawan nafsu. Yakin, dibalik kesulitan ini akan ada kebanggan menundukkan nafsu. Demi jiwa yang suci. Demi menghamba pada Tuhan Yang Maha Suci. Lawan. Lawan. Lawan.

Ejakulasi sungguh memalukan. Apalagi Dia Maha Melihat. Malaikat juga melihat. Mereka yang telah mati juga melihat. Orang tuanya yang sudah mati melihat. Adik dan kakaknya yang mati kemarin juga melihat. Mereka semua malu, malu, malu.

Tapi, apalah kemaluan itu. Nafsu tak memiliki malu. Demi hasrat dan kelegaan, dia rela mengabaikan malu. Pikirannya kacau. Nafsunya tak berhenti. Justru semakin menjadi-jadi. Sekali lagi, lawan, lawan, lawan.

Aliran darah semakin kencang. Wanita-wanita bergentayangan dalam imajinasinya. Cantik dan seksi. Bagai Bidadari Surga. Bidadari Surga? Tak bisa, tak bisa, tak bisa. Demi Bidadari Surga, nafsu harus ditundukkan. Bungkam. Bungkam. Bungkam.

Dia tutup telinga rapat-rapat. Pejamkan mata erat-erat. Atur nafas dalam-dalam. Mengingat Kebesaran Tuhan. Mengingat Kemurkaan Tuhan. Tak ada celah Surga, bagi mereka yang kalah terhadap dunia. "Pasti bisa menguasai nafsu," gerutunya.

Dalam gemuruh pikiran kotor, ada satu imajinasi yang indah, yang tidak berkaitan dengan perempuan. Yakni jiwa yang putih bersih. Wujudnya mirip dengan dirinya. Hanya saja lebih bersih dan tampan darinya. Aroma tubuhnya wangi. Dia yang berjiwa suci.

Suci diperoleh dengan upaya. Mereka tak datang dengan sendirinya. Tak seperti rezeki, yang bisa datang kapan saja. Suci jauh lebih susah payah. Karena tak ada manusia yang berhasil mendapatkan puncak jiwanya. Jiwa yang putih, bersih dan tampan adalah wujud dirinya yang mampu mengalahkan nafsu. Dia juga ingin menjadi jiwa itu. Putih, bersih, dan tampan.

***

Nafsu perlahan-lahan berhenti. Dia berhasil ditangani. Lega, karena untuk pertama kalinya dia berhasil mengalahkan nafsu. Tak ada ejakulasi untuk malam ini. Dia berhasil menundukkan birahinya.

Imannya lebih kuat. Takwanya lebih agung. Tapi semua ini tak ada gunanya jika tak bisa bertahan sampai ajal tiba. Tak ada yang lebih baik dari seseorang yang mati dalam keadaan takwa walaupun ketakwaannya diperoleh semenit sebelum ajal tiba. Daripada mereka yang sudah bertakwa lama, namun mati dalam keadaan zina. Pertanyaannya, kapan ajal itu tiba?

Dia membayangkan ketika malaikat mendatanginya, hendak mencabut nyawanya, tapi dia dalam keadaan ejakulasi, kotor. Suci tidak, memalukan iya. Padahal manusia bisa memilih kematiannya sendiri. Sulit memang untuk istiqamah pada kesucian. Tapi, demi Bidadari Surga harapannya, dan demi kehidupan kekal, dia harus melawan nafsu dunianya.

Dia yang lahir dari hasil pemerkosaan. Ibunya tak menggugurkannya. Tapi, membuangnya setelah lahir.

Dia yang tak bisa memilih kelahirannya, tapi mampu menentukan kematiannya. Tak ingin mati seperti lahir, yang dianggap kotor, bahkan oleh Ibunya sendiri. Ibu yang telah diperkosa. Siapa yang salah? Nafsu menjadi musuhnya. Tak ada Nafsu mulai malam ini.


  • Ilustrasi oleh Edebiyat (Instagram: @bir.safderun)

Komentar