-->

Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib - Faisal Ismail

Tidak ada komentar

Cover buku: Sejarah dan Kebudayaan Islam.
Cover buku: Sejarah dan Kebudayaan Islam.
Ali ibnu Abi Thalib merupakan anak dari Abu Thalib yang merupakan paman Rasulullah dan yang menjaga Rasulullah sewaktu kecil. Sehingga waktu Ali kecil, Rasulullah yang menjaganya sebagai balas budi apa yang telah pamanya lakukan. Ali masuk Islam saat usianya 10 tahun. Kemudian Ali dinikahkan dengan Fatimah, puteri Rasulullah. Ali sangat berani, ia pernah menggantikan Rasulullah tidur di kasur Rasulullah saat Rasulullah berhijrah.
.
Saat meninggalnya Usman ibnu Affan, yang juga saat pemberontakkan dan huru-hara terjadi dimana, Ali diminta oleh kaum muslim untuk menggantikan Usman menjadi Khalifah yang keempat. Saat itu Ali masih tidak bisa menerima apabila tidak dibai'atkan oleh sahabat-sahabat Rasulullah seperti Thalhah, Zubair, dan Sa'ad. Karena waktu itu yang memintanya menjadi Khalifah hanyalah umat muslim biasa bukan para sahabat.
.
Thalhah dan Zubair dengan terpaksa membai'at Ali, walaupun sebenarnya mereka enggan. Banyak sahabat seperti Hasan ibnu Tsabit, Ka'ab ibnu Malik, Abu Said Al Khudary dan Muhammad ibnu Maslamah masih enggan membai'at Ali menjadi Khalifah. Bani Umaiyah pun juga tidak sudi menjadikan Ali sebagai Khalifah karena mereka takut kekayaan yang mereka dapatkan tempo hari lenyap karena kebijakan Ali.
.
Walaupun begitu Ali tetap memerintah dan langsung membuat kebijakan, yaitu (1) Memecat semua kepala daerah yang diangkat oleh Usman, (2) Mengembalikan tanah-tanah hasil perang yang telah dibagikan Usman kepada Bani Umaiyah secara tidak sah kepada pemerintah. Demikian juga dengan hibah atau pemberian Usman kepada siapapun dengan tiada beralasan apapun.
.
Kebijakan itu membuat Bani Umaiyah, yang dipimpin oleh Mu'awiyah ibnu Abi Sufyan membentuk sebuah pasukan untuk melakukan pemberontakkan. Saat itu juga Aisyah merasa bersilangan pendapat kepada Ali. Aisyah menuntut kematian Usman. Namun menurut Drs. Faisal Ismail, selain alasan menuntut kematian Usman, ada alasan lain kenapa Aisyah tidak sudi membai'at Ali. Alasan tersebut adalah :
  1. Karena Ali daridulu tidak pernah akur. Menurut Faisal Ismail ketegangan antara Ali dan Aisyah adalah saat Aisyah pernah dituduh berbuat serong dengan Sofwan bin Mu'attal, dan Ali saat itu mempersulit Aisyah.
  2. Ali juga pernah menyaingi Abu Bakar, ayahnya, untuk menjadi khalifah. Saat itu Ali mengajukan diri, namun kebanyakan kaum muslim lebih memilih Abu Bakar yang sangat akrab dengan Rasulullah.
  3. Menurut Faisal Ismail, ada keinginan Abdullah Zubair untuk menjadi khalifah. Abdullah Zubair ini merupakan anak angkat Aisyah yang ia ambil dari Asma (karena Allah mentakdirkan Aisyah tidak memiliki anak).
Aisyah yang berada di Mekkah bertemu dengan Thalhah dan Zubair. Keduanya bergabung dengan Aisyah untuk melawan Ali. Ya'ali ibnu Umaiyah dan Abdullah ibnu Amir juga bergabung dengan Aisyah. Walaupun Aisyah sebenarnya tidak ingin memerangi Ali karena ia merupakan kaum hawa, namun karena dorongan Abdullah Zubair, ia tetap mengkokohkan pendiriannya untuk melawan Ali.
.
Dari Mekkah ia pergi menuju Basrah. Ia meminta dukungan disana. Kemudian golongan terpecah menjadi dua. Ada yang setuju dengan Aisyah dan ada juga yang melawan Aisyah, terjadilah perkelahian disana. Ali segera datang untuk menghentikan perkelahian tersebut. Perdamain muncul setelah itu. Namun selang beberapa saat, Abdullah bin Saba' kembali berulah dan memicu amarah dari dua golongan tersebut.
.
Peperangan pun tidak dapat dihindarkan. Pasukan Ali melawan pasukan Aisyah, dan saat itu Aisyah ikut menaiki Unta, dinamailah perang tersebut dengan Perang Jamal. Namun Unta yang dinaiki Aisyah tersebut terbunuh kemudian, Zubair juga tewas dibunuh oleh orang yang membencinya, Thalhah juga ikut tewas dalam peperangan itu. Aisyah kalah melawan Ali, namun Ali tetap menghormati Aisyah karena ia adalah istri Rasulullah, Ummul Mukminin. Ali membawa Aisyah ke Mekkah dan tetap menghormatinya.
.
Setelah Aisyah dapat diredam, kini Mu'awiyah mulai membuat Ali sibuk. Mu'awiyah tengah membuat pasukan untuk melawan Ali. Saat itu Ali juga turut memperkuat pasukannya. Terjadilah Perang Shiffin. Peperangan ini kemudian hendak dihentikan, walaupun Ali menyertukan pasukannya untuk terus maju karena sedikit lagi ia akan mendapatkan kemenangan, namun pasukannya meminta untuk diberhentikan dahulu. Kemudian kedua belah pihak sepakat untuk memberhentikkan peperangan dan melakukan perundingan.
.
Perundingan itu (Peristiwa Tahkim) dilakukan oleh perwakilan dari kedua kubu (kedua hakim). Mereka berdua akan merundingkan sebab-sebab perselisihan itu dan mencari solusi untuk menyelesaikannya. Dari Mu'awiyah dikirimlah Amru ibnul Ash, sedangkan dari Ali mengirimkan Abu Musa al Asy'ari (walaupun Ali tidak setuju untuk memilih Abu Musa, namun ia sudah bermusyawarah dengan pasukannya dan terpilihlah dia).
.
Keduanya bersepakat untuk persoalan khalifah akan diberikan oleh orang lain yang bukan Ali dan Muawiyah. Artinya kaum muslim akan memberhentikan Ali dan Mu'awiyah. Abu Musa mengucapkan kepada seluruh umat muslim bahwa Ali akan mengundurkan diri. Lalu giliran Amru yang seharunya mengatakan bahwa Mu'awiyah akan mengundurkan diri, namun ia mengatakan sebaliknya, bahwa Mu'awiyah akan menjadi Khalifah. Hal itu membuat Mu'awiyah menang secara telak dengan tipu muslihatnya yang ia rencanakan dengan Amru.
.
Setelah peristiwa itu (Peristiwa Tahkim) golongan Ali pecah dan menjauh dari Ali. Golongan tersebut adalah Kaum Khawarij. Mereka memberontak dan melawan Ali. Sehingga bertambah lawan Ali, selain Mu'awiyah, ada juga Kaum Khawarij.
.
Orang-orang Khawarij mempunyai rencana pembunuhan terhadap tiga orang, Ali, Mu'awiyah, dan Amru. Ketiganya berada di lokasi yang berbeda. Abdurrahman ibnu Muljan disuruh untuk membunuh Ali di Kufah, Barak ibnu Abdillah at Tamimi ke Syam untuk membunuh Mu'awiyah, sedangkan Amr ibnu Bakr at Tamimi menuju Mesir untuk membunuh Amru. Ketiganya akan dibunuh secara bersamaan pada tanggal 17 Ramadhan.
.
Ali berhasil dibunuh, Mu'awiyah hanya tertusuk pada pinggul, sedangkan Amru tidak mengalami apa apa karena Amr salah membunuh orang yang dikira Amru. Setelah wafatnya Ali ini pun berakhirlah Kekhalifahan Ali yang ia pimpin selama 5 tahun (35-40 H / 656-661 M), berakhir pula masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin.
.
Sumber :
  • Sejarah dan Kebudayaan Islam 'dari zaman permulaan hingga zaman khulafaurrasyidin' (buku) - Drs. Faisal Ismail

Komentar