-->

Vagabond: Volume Tujuh

Tidak ada komentar

Vagabond: Volume Tujuh

Di penghujung Minggu, udara dingin merasuki pori-pori kulit hingga menyentuh jiwa. Jiwa yang penuh pikiran. Pusing, karena kuliah tak kunjung usai. Dia pegang skripsinya dengan tangan kanan. Mengangkatnya tepat di depan muka. Dia pandangi berkas skripsinya. Penuh coretan revisi. Gelisah, apakah gelar sarjana dapat diraih. Sedangkan batas waktu semakin dekat. Hanya ada dua pilihan, selesaikan lalu sarjana, atau drop out. Terbesit di dalam benaknya menunjuk pihak lain untuk menyelesaikan skripsinya. Dia memiliki uang. Dia mampu membelinya. Tapi, apakah harus sampai berbuat demikian?

Brengsek. Bahkan diriku sendiri tak percaya kalau aku bisa menyelesaikannya sendiri. Tapi waktu semakin tipis. Lagi. Apakah harus sampai berbuat demikian?

Kulemparkan skripsi ke ujung meja. Kutengok rak komik, mengambil satu dari mereka untuk melanjutkan bacaan kemarin. Vagabond ilustrasi dari Takehiko Inoue, komik ini kubaca sebagai penurun tempo stres berlebih akhir-akhir ini. Sekarang sudah sampai di volume ketujuh.

Sebelumnya, di volume keenam, Miyamoto Musashi kalah dari Inshun, seorang Guru Besar Kedua¹ seni beladiri tombak. Musashi melarikan diri, karena takut kematiannya datang lebih awal. Dia diobati oleh seorang kakek tua, mantan Guru Besar Pertama dan mantan guru Inshun, yakni In'ei. Musashi yang terobsesi dengan menjadi yang terkuat, memohon kepada In'ei untuk melatihnya. In'ei tak keberatan. Tahu bahwa Musashi dilatih oleh mantan gurunya, Inshun mengirim surat yang berisikan ajakan untuk berduel sampai mati kepada Musashi. Musashi menerima duel tersebut.

¹Yang dimaksud Kedua bukan karena peringkatnya nomor dua. Tapi seperti jabatan, misalnya Presiden Kedua Indonesia adalah Soeharto, menggantikan Soekarno, Presiden Pertama. Inshun adalah Guru Besar atau 'Hozoin' Kedua menggantikan Hozoin Pertama, In'ei, karena beliau sudah tua.


Di volume ketujuh, sehari sebelum berduel, Musashi dihantui kematian. Rasa takutnya datang bersamaan dengan kenangan kekalahannya dari Inshun di pertarungan pertama. Keluar pikiran licik untuk menghindari duel besok, yakni membunuh Inshun di saat dia tidur malam ini.

Bagi jiwanya yang sedang ketakutan, ini adalah cara yang bijak untuk bertahan hidup. Demi mimpi menjadi yang terkuat, terkadang perlu menjadi pengecut. Takkan ada yang tau. Dan yang terpenting, bisa menjadi yang terkuat. Malam itu hujan turun cukup deras. Musashi berlari ke arah tempat tinggal Inshun. Bunuh, bunuh, bunuh. Dengan begini, yang terkuat akan ada di depan mata.

Mendekati tempat tinggal Inshun, Musashi berhenti. Bayangan ayahnya muncul di hadapannya. Kenangan masa lalu mengisi pikirannya. Tentang Musashi yang hendak membunuh ayahnya sendiri yang sedang tidur. Jiwanya terguncang, apakah demikian cara yang benar? Membunuh Inshun diam-diam? Menjadi yang terkuat? Moralitas menggagalkannya. Dia kembali ke tempatnya. Perbuatan ini terlalu licik, terlalu picik. Proses latiannya menjadi yang terkuat akan sia-sia dengan perbuatan kotor ini. Dia nantikan duel dengan Inshun secara resmi di hadapan saksi-saksi.

Kututup komik Vagabond, volume ketujuh. Meletakkannya di atas meja. Kusandarkan tubuhku pada sandaran kursi. Memejamkan mata, berusaha memaknai kisah Musashi. Seperti sindirian keras kepadaku. Moralitas? Etika? Salahkah menyelesaikan skripsi dengan bantuan orang lain? Sialan, aku tak memiliki pilihan lain selain bergantung dengan diriku sendiri. Lebih baik aku kalah dalam pertarungan ini, daripada aku menang dengan cara yang licik. Etika-moralku tak mengijinkannya. Tapi, tujuh tahunku kuliah akan jadi sia-sia? Kalau begitu jangan kalah, brengsek.

Kuambil laptopku, memaksakan diri untuk berpikir lagi menyelesaikan skripsi. Tak ada pilihan lain selain mengerjakannya sendiri. Juga tak ada pilihan lain selain menang. Atau tujuh tahunku akan sia-sia. Aku tak ingin ada penyesalan.

Malam menjadi panjang. Tapi aku senang, karena Tuhan memberikanku jawaban dalam bentuk sebuah komik, Vagabond: Volume Tujuh.

Vagabond: Volume Tujuh

Vagabond: Volume Tujuh

Vagabond: Volume Tujuh

*Ilustrasi dari: vagabond.fandom(dot)com

Komentar