-->

Tuhan Telah Mati, di Kanjuruhan

Tidak ada komentar

"Tuhan Telah Mati", Kabar Kanjuruhan Bagaimana?

Gw lagi suka-sukanya baca buku soal ketidakbertuhanan beberapa tokoh. Ada karyanya Nietzsche. Ada juga tentang kehidupan Elie Wiesel. Ketika baca buku gw berusaha bersikap objektif. Segala jenis buku sih, ga soal atheis doang. Jadi sebelum baca, gw taruh moral dan agama gw di suatu tempat. Gw simpen. Dan gw ngebaca tiap kata pada buku dengan rasional. Sehingga gw bisa berimajinasi dari apa yang gw baca tanpa ada moral dan agama yang ngebatesinnya. Apa yang dialami penulis ketika nulis buku itu bisa tersampaikan. Kadang berimajinasi what if he is me. Gw hidup di buku itu menjadi dia. Walaupun secara pasti ga sama persis. Tapi feelnya dapet.

Sebagai contoh yang pernah gw sampaikan, ketika Wiesel muda pada zaman Nazi ada. Gimana bisa gw masih bertuhan pada momen itu, sedihnya udah numpuk, dan Tuhan ga ngasih jawaban apa-apa. Yang ada makin disiksa. Kata Wiesel, “Dimana Tuhan? Tuhan ada di sini, dibunuh di tiang gantungan.” Dan gw sepakat dgn Wiesel.

Sedangkan Nietzsche, tidak mempercayai akan adanya penciptaan jagat. Yg dipercaya Nietzsche, bahwa jagat adalah sesuatu yang berulang dan selalu berkesinambungan. Karena ga percaya akan adanya penciptaan jagat, dia ga percaya akan adanya Tuhan, Sang Pencipta. Kalau ini agak susah untuk bersikap objektif. Karena gw belom sampek setinggi itu ngebahas mengenai ‘Ciptaan’. Udah berusaha objektif tapi agama kadang keseret, maksa buat masuk.

Pada masalah yang berbeda, Nietzsche mengatakan “Tuhan telah Mati”. Kata ‘telah’ memberikan pernyataan bahwa Tuhan itu ada, dulu, sekarang mati. Pernyataannya didasarkan pada tidak berperannya kepercayaan akan Tuhan dalam kehidupan manusia pada umumnya. Tanpa sadar, manusialah yang membuat Tuhan itu mati.

Kalau dikaitkan dengan zaman sekarang, bisa dilihat dari kematian ratusan orang di Kanjuruhan. Dari sektor kecil saja (sesama manusia), kita ga bisa memberikan eksistensinya (eksistensi manusia, yang diciptakan). Gampang ngebunuh. Terus bagaimana bisa kita ngasih eksistensi ke yang lebih besar, dalam hal ini adalah Tuhan (Yang Menciptakan manusia). Kira-kira begitulah analoginya.

Pandangan Nietzsche mengenai agama dilihat dari pelaku agamanya bukan dari agama itu sendiri. Jadi atheis bagi Nietzsche ini tidak hanya sebagai sesuatu yang deskriptif tapi lebih jauh dari itu. Dan tepat pada tanggal yang sama dengan hari ini, Nietzsche lahir. Kata-katanya masih benar, “Tuhan telah mati. Kita yang membunuhnya.” Juga pada hari ini, 2 minggu setelah kejadian Kanjuruhan, belum ada kepastian dari pihak berwajib dalam mengusut perkara ini.

Negara ini negara bertuhan (Sila Pertama). Masyarakatnya juga mengutuk ketidakbertuhanan. Tapi tanpa disadari, apa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang bertentangan dengan bertuhan. Kata-kata Nietzsche masih benar, “Tuhan telah mati. Kita yang membunuhnya (tanpa sadar).”

Source: twitter.com

Komentar